Meningkatkan Keterampilan Kader Kesehatan dalam Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
Main Article Content
Abstract
Breast cancer is one of the most common cancer types suffered by women in the world. In 2018, the International Agency for Research on Cancer (IARC) estimated number of cancer cases in Indonesia was 42.1 per 100000 females, while the death rate was 17 per 100000 females. These conditions are worrisome and call for serious handling. For this purpose, the effectiveness of patient treatment and life quality must be improved. Therefore, this study aims to improve the knowledge and skills of breast cancer early detection. The method used is health training through audio-visual devices and demonstration. Qualitative and quantitative analysis was carried out using paired t-test. The sampling data was acquired by purposive sampling method using a questionnaire. The result showed that first, majority of health cadres (97%) had less knowledge about BSE, before the training was carrying out. Second, lack of knowledge about BSE apparently did not prevent health cadres from doing BSE (28%). Third, BSE training improves the skills of health cadres with an average increase of 31%. Fourth, the training has also increased the knowledge of all cadres about BSE with an average increase of 29%. In addition, all cadres stated that they would disseminate their BSE knowledge and skills to their families and others.
Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker yang paling banyak di derita oleh wanita di dunia. International Agency for Reseach on Cancer (IARC) pada tahun 2018 memperkirakan insiden kanker payudara di Indonesia sebesar 42.1 per 100 ribu wanita, sedangkan angka kematiannya sebesar 17 per 100 ribu penduduk. Situasi seperti ini sangat mengkhawatirkan dan perlu penanganan serius dari berbagai pihak. Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan kader kesehatan dalam melakukan pemeriksaan payudara sendiri (SADARI). Metode yang dilakukan adalah dengan melakukan pelatihan melalui perangkat audio visual dan alat peraga. Analisis kualitatif dan kuantitatif dilakukan menggunakan uji t-test berpasangan. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling dengan cara penetapan besar sampel berdasarkan jumlah kebutuhan minimal dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertama, mayoritas kader kesehatan memiliki pengetahuan kurang tentang SADARI (97%). Kedua, pengetahuan yang kurang tentang SADARI rupanya tidak menghalangi kader kesehatan untuk melakukan SADARI (28%). Ketiga, pelatihan SADARI meningkatkan keterampilan kader kesehatan dengan rata-rata peningkatan 31%. Keempat, pelatihan SADARI juga meningkatkan pengetahuan kader dengan rata-rata peningkatan 29%. Disamping itu, semua kader menyatakan bahwa mereka akan menyebarkan pengetahuan dan keterampilan SADARI yang mereka miliki kepada keluarga dan orang lain
Article Details
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.