FAKTOR KETIDAKPATUHAN ODHA MENGKONSUMSI ANTIRETROVIRAL THERAPY DI SUMATERA BARAT

Main Article Content

Adriani Suwito
Ikhwana Elfitri
Afriwardi Yusri
Arina widya
Evi Hasnita

Abstract

         Pada tahun 2021, tingkat ketidakpatuhan pasien HIV/AIDS terhadap pengobatan antiretroviral di Sumatera Barat Indonesia, termasuk  tinggi yaitu  lebih kurang  30%, nilai normalya adalah dibawah 20%. Kurangnya kepatuhan dapat berdampak buruk pada produktivitas dan morbiditas  dan kematian pasien HIV/AIDS. Penelitian  bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap ketidakpatuhan ODHA dalam pengobatan antiretroviral.


Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. M. Djamil Padang, penelitian cross-sectional ini menggunakan analisis regresi multivariat dan melibatkan 128 pasien berusia ≥ 17 tahun, dengan kondisi hemodinamik stabil, responden berasal dari  berbagai wilayah di Sumatera Barat. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 10 Februari hingga 15 April 2022.  Ditemukan  lima  faktor utama penyebab ketidakpatuhan meminum obat antiretroviral antara lain: lupa (p-value 0,000), bosan (p-value 0,001), sibuk (p-value 0,000), pengaruh  adanya COVID-19 (nilai p 0,000), Ada atau tidaknya bantuan  LSM (p-value 0,048) . Nilai prediksi (ß) untuk “Lupa” adalah 8,360, yang berarti risiko ketidakpatuhan pasien  8,36 kali lebih tinggi. Dampak kumulatifnya cukup besar yaitu sebesar 42,2%, yang menunjukkan pengaruh keseluruhan yang relatif kuat. Disimpulkan bahwa; lupa, bosan, sibuk, kondisi COVID-19 masih terasa mempengaruhi, sementara bantuan LSM sebagai faktor paling mendukung   kepatuhan.  Disarankan dukungan  petugas dan peran keluarga juga dapat dimaksimalkan  dalam membantu pasien patuh dalam  pengobatan, sehingga tercapai tujuan yaitu mencegah kematian, sekaligus mendukung program dunia tentang HIV/AIDS.

Article Details

Section
Articles
Author Biographies

Ikhwana Elfitri, Universitas Andalas

Departemen Teknik

Afriwardi Yusri, Universitas Andalas

Medicine departement

Arina widya, Universitas Andalas

Medicine Departement

Evi Hasnita, Universitas Fort De Kock Bukittinggi

Departemen Public Health